Related: szW, yNuL, ohJR, dcwF, cFlvMz, OCGCxE, KyLKD, cCBV, SoZk, HiaGdU, VMe, uBZRbd, jyIJf, NiFpnc, yAUc,Related: jeffrey epstein george bush painting, alexandra billings sons of anarchy, triumph thunderbird bobber kit, sally doocy finance, rep basketball teams in brampton, is it illegal to relocate groundhogs in maryland, party penthouses melbourne, nene leakes father alan, finger joint advantages and disadvantages, rebecca welles orson welles daughter, honest company lotion expiration date, calendario 2023 vector, demons in european folklore, common path of travel ibc 2015, robert pereira wife,Related: patty smyth pronunciation, precast concrete steps ace hardware, who is voxy twitch, parcelforce driver assessment, ross kemp downs syndrome, stephen armstrong pastor obituary, university of moncton women’s hockey roster, american express employee sign on bonus, cedar rapids gazette estate sales, what is a sportsman roster mining, capital waste services holiday schedule 2022, kingston magistrates court listings, greenbrier tennis classic 2022, , wendy elizabeth fysh,Related: elizabeth collins stoddard, where does steve hilton live, is tommy petillo still alive, gelal caste in nepal, alabama high school basketball player rankings 2022, supplements to avoid before surgery mayo clinic, how to make a recurve bow stronger, princess chandrika kumari of jhabua, the rawlings company subrogation address, nestle factory tours illinois, outline two ethical issues from loftus and palmer research, grammar schools in croydon, google tpm interview blind, bedford gazette obituaries, gun shy relationship,Related: , buying mattress from goodwill, st joseph hospital records department, should i take avodart in the morning or at night, what document usually guides most local zoning in va, how to keep silverware from falling through dishwasher holder, chocolate zucchini bread smitten kitchen, does meryl streep have a sister, fake funeral note for work, is there any value in old foreign coins, steubenville city schools academic calendar, circolo popolare jay rayner, car wash swot analysis, the alleged wrongful detention of a mare figurative language, social worker care plan examples,Related: 1135120114b931d47d great dane size comparison, cacoila portuguese marinated pork, does hulu charge tax in texas, we broke up and he got another girl pregnant, rolla police department reports, owasso high school football, black rat cider asda, non managed care health insurance definition, duke coaching staff baseball, carta para mi esposo cuando hay problemas, crying and screaming in a dream, jay bilas charlotte, nc address, cultural suppression definition, phil robertson speaking schedule 2021, cleveland heights police blotter,Related: koh tao murders crime scene photos, herbicide mode of action chart 2021, vice president of operations construction salary, retired golden retriever for sale colorado, private golf club general manager salary, which two spices come from the same tropical tree, custom engraved valve covers, anker powerport iii 2 port, recipient third party account validation failed code f055 fedex, grapevine police arrests, nathan eovaldi record 2021, walk from kalami to agni, ocean beach marbella drinks menu, scrub top pattern spotlight, blue buffalo tastefuls vs wilderness,
Tausiyah
Kisah Mualaf dan Rezeki Langit
Dua kakak beradik Majusi (penyembah api), kecewa dengan api yang mereka sembah. Pasalnya, waktu dites, api itu tidak jadi dingin, tapi malah membakar jemari si adik. Padahal sudah mereka sembah bertahun-tahun.
Di tengah galau bimbang mereka, keduanya mendengar tentang Islam. Dan di daerah nun jauh di sana, katanya, ada salah satu orang ampuh yang menyebarkan agama Islam bernama Malik bin Dinar.
Kakak beradik itu mantap berangkat ke majelis Malik bin Dinar untuk mengenal Islam. Namun, baru pertengahan jalan sang kakak surut langkah, dengan alasan khawatir cacian keluarga dan tetangganya. Sedang sang adik tetap berjalan membawa serta istri dan anaknya.
Sesampai di majelis Syekh Malik bin Dinar, keluarga kecil itu mendengarkan pengajian sampai usai. Setelahnya, baru menyampaikan kisah dan tujuannya.
Langsung, hadirin yang belum bubar menangis berjamaah! Terharu ada Majusi yang menyembah api puluhan tahun masuk Islam.
“Nantilah sebentar, jangan beranjak pergi dulu,” rayu Syekh Malik bin Dinar, “Tunggulah sebentar, kami akan mengumpulkan sedikit uang untuk bekal kalian sekeluarga.”
“Maaf, kami tidak ingin menjual agama ini dengan uang!” jawab mualaf itu tegas, lalu ia pamit meninggalkan majelis.
Kemudian keluarga kecil itu meninggalkan majelis Malik bin Dinar dan memasuki rumah kosong hampir roboh yang mereka temukan sebagai ganti rumah asri yang mereka tinggalkan nun jauh di sana.
Sesampai di rumah, si istri meminta:
“Yah, cobalah Ayah mencari pekerjaan di pasar, dan nanti, belilah dengan uang hasil kerjamu, sesuatu yang bisa kami makan.”
Sang suami mengiyakan, lalu pergi ke pasar menawarkan tenaganya. Namun nahas, orang sebanyak itu, tidak ada satu pun yang mau menggunakan tenaganya.
“Ah, bagaimana kalau aku bekerja pada Allah saja?” batinnya ditengah deraan putus asa.
Lalu, ia melangkahkan kaki menuju masjid, mengerjakan shalat berjam-jam hingga malam. Kemudian pulang dengan tangan hampa.
“Hari ini, kau tidak dapat apa-apa?” tanya sang istri setelah melihat lesu pada wajah suaminya.
“Hai, sayangku. Hari ini aku bekerja kepada Allah yang menguasai segenap kerajaan. Tapi Ia belum memberikan ongkos, mungkin besok akan membayarnya.”
Dan keluarga kecil itu menahan lapar dalam kedinginan malam yang menusuk.
Keesokan harinya, dengan semangat tinggi, sang suami mengulangi apa yang dilakukan kemarin, yakni ke pasar dulu, kalau tidak ada yang menggunakan tenaganya baru ke Masjid untuk “berdagang” kepada Allah sampai malam.
Tapi, lagi-lagi hasilnya nihil. Pulang malam tidak membawa apa-apa. Jadilah keluarga itu hanya minum air selama dua hari, tanpa makanan.
Di hari ketiga, yang kebetulan hari Jumat, ia mengulangi aktivitasnya ke pasar. Lemas dia, sebab hari itupun tidak ada orang yang mempekejakannya. Padahal dua perut yang menunggu di rumah sudah menjerit kelaparan.
Dengan langkah gontai, ia menuju masjid, wudhu, shalat dua rakaat, lalu mengangkat tinggi-tinggi kedua tangannya:
“Ya, Tuhanku. O, Sayyidi. Wahai Maulaya. Engkau telah memuliakanku dengan mengenal agama Islam. Memahkotaiku dengan mahkota Islam. Menunjukkanku dengan mahkota hidayah. Demi agama yang Kau-rezekikan padaku dan dengan kemuliaan hari mulia yang Kau katakan berderajat agung, yakni hari Jumah. O, Tuhanku. Aku memohon kepada-Mu. Hilangkan himpitan nafkah keluargaku ini dari dada. Berilah hamba rezeki yang tiada disangka. Aku, O, Allah! Malu pada keluargaku. Aku takut, karena baru masuknya Islam, hati mereka akan berubah!”
Lalu dia meneruskan shalat sampai malam.
Di lain tempat di waktu yang sama. Tiba-tiba rumah reyot lelaki pendo’a itu diketuk orang. Setelah dibukakan oleh sang Istri. Ternyata, di depan pintu, berdiri lelaki rupawan luar biasa dengan membawa bejana emas, ditutupi kain bersulam emas, dan di dalamnya juga berisi emas seribu Dinar!
“Ini adalah upah suamimu,” kata lelaki tampan itu pada istri orang yang sedang shalat di Masjid, “Katakan padanya, kalau ini baru ongkos dua hari kerjanya. Kalau hari ini dia semakin giat, maka kami akan menambahkan ongkos khusus, di hari Jumat yang istimewa ini,”
Setelah lelaki tampan itu pergi, sang istri bergegas mengambil satu emas untuk ditukarkan dengan mata uang yang terlaku di tempat penukaran. Ganti pemilik toko penukaran mata uang yang beragama Nasrani terlongong bingung dan takjub. “Ini, kualitas emas yang di bumi tidak ada! Pasti ini dari akhirat!” batinnya. Apalagi setelah dia bertanya dan dikisahkan bagaimana emas itu bisa didapatkan. Hatinya semakin mantap lalu masuk Islam. Subhanallah.
Ketika sang suami pulang dengan tangan hampa. Dalam keputusasaannya. Ia mengambil debu di pinggir jalan, membungkusnya dengan sapu tangannya. Angannya, “Kalau istriku bertanya apa isinya. Akan kujawab tepung!”.
Namun ketika memasuki pelataran rumah, ia takjub dan terheran-heran. Rumahnya jadi rajin, dengan berbagai macam hiasan dan makanan lezat. Apalagi sang istri menyongsong bahagia.
Melewati pintu, bungkusan bututnya ia letakkan di pinggir. Lalu bertanya kepada sang istri apa yang terjadi. Setelah tahu, ia langsung sujud syukur. Alhamdulillaahh…
Beberapa saat kemudian.
“Eh, Yah? Bungkusan itu isinya apa?”
“Entahlah, jangan kau tanya aku,” jawab sang suami sambil mengalihkan pandangan matanya.
Tidak dijawab, malah membuat penasaran istrinya yang lalu mengambil bungkusan itu.
“Alhamdulillaah… isinya tepung, Yah,”
“Apa? Alhamdulillaah…”
Lalu dia pun sujud syukur kembali.
(Dialihbahasakan H. Muhammad Aminuddin Nuruddin Qosim, Tegalsari, Banyuwangi dari kitab al-Ushfuriyah, halaman 5-6).