SEMARANG – Peneliti Radikalisme dan Terorisme Dr. H. Najahan Musyaffa MA mengatakan, gerakan radikal terorisme yang sampai hari ini masih terjadi di wilayah Indonesia merupakan indikasi bahwa ideologi ini masih hidup subur dan menunjukkan eksistensi melalui amaliyah melalui bom bunuh diri dan penusukan sebagaimana terjadi di Pandeglang dan Medan.
‘’Kejadian di Medan yang diikuti oleh penangkapan lebih dari 61 orang yang terlibat jaringan teroris tersebar di beberapa wilayah merupakan bukti bahwa proses perekrutan para calon pengantin terus berlangsung,’’ katanya.
Dia mengatakan hal itu dalam Workshop Deradikalisasi dan Islam Rahmatan Lilalamin Majelis Dzikir Tasbih Indonesia di Gedungsongo, kemarin. Selain Najahan, tampil sebagai pembicara Prof Dr Fatah Syukur M.Ag dari UIN Walisongo, H. Masrukhan Syamsuri dari DPRD Jateng dan Badan Kesbangpol Jateng.
Menurut Najahan, amaliyah berupa tindakan pembunuhan terhadap aparat yang dianggap sebagai ansharut thaghut diindikasikan sebagai tindakan pamungkas dari proses indoktrinasi ideologi radikal terorisme yang dilakukan oleh kelompok yang memiliko afiliasi kepada gerakan transnasional ISIS
Dilihat dari modus operandinya kejadian diatas memiliki karakter yang sama, yaitu menjadikan pihak aparat sebagai sasaran untuk mengimplementasikan pemahaman “jihad’ yg kurang tepat. Pemahaman yang parsial terhadap konsep jihad menyebabkan adanya sikap yang keras, tertutup dan intoleran
Karenanya dibutuhkan upaya bersama antara pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat dalam rangka mengidentifikasi berkembangnya ideologi ini agar tidak memiliki ruang gerak di masyarakat. Kepedulian merupakan kunci utama untuk mengetahui gerak gerak tumbuhnya ideologi ini.
Ketua Umum Majelis Dzikir Tasbih Indonesia Dr. H. Abdul Wahib M.Ag menjelaskan, kegiatan tersebut diikuti 180 orang terdiri pengurus pusat dan cabang se-Jawa, Sumatera dan Bali. (B13-)